Gudheg Mbah Lindu Sosrowijayan


Reputasi Jogja sebagai kota gudheg tak perlu ditanyakan lagi. Tak heran, di berbagai penjurunya, terdapat penjual panganan ini, baik yang berupa restoran karena memang sudah sangat legendaris, maupun yang menggunakan gerobak dorongan atau dasaran dengan menggunakan tikar di pinggir jalan. Biarpun sejenis dan memiliki cita rasa yang hampir sama, masing-masing penjual gudheg memiliki kekhasannya tersendiri.

Akhir pekan kemarin aku dan istriku mencoba untuk pertama kalinya makan gudheg Mbah Lindu. Kelegendarisan gudheg inilah yang mendorong kami untuk mencobanya dan membuktikan pendapat orang bahwa rasanya patut dicoba.

Berbekal pencarian di Google map, lokasi warung gudheg ini memang strategis, yakni di jalan Sosrowijayan, sehingga mudah dicari. Jalan Sosrowijayan merupakan percabangan pertama setelah memasuki jalan Malioboro. Kira-kira, warungnya berjarak sekitar 100 m dari jalan Malioboro.

Karena keterkenalannya, dulu gudheg ini sangat ramai. Orang rela mengantri untuk dapat menikmati sepiring gudheg di warung ini. Bahkan, ketika pandemi covid-19 sudah melanda, saat kami melintasi jalan tersebut, antrian orang untuk membeli gudheg Mbah Lindu cukup panjang. Tetapi, hari Sabtu kemarin, kami cukup beruntung karena warung gudheg ini tidak begitu ramai. Sesampainya di sana, kami hanya menjumpai 3 kelompok orang yang sedang menikmati kelezatannya, dan menyisakan beberapa kursi untuk kami duduk. Jadi, protokol kesehatan InsyaAllah masih kami patuhi.

Setelah memesan dan menunggu sebentar, akhirnya dua porsi gudheg komplit lauk telur terhidang di depan kami. Isinya berupa nasi putih, telur bacem, sayur gudheg, sayur krecek, sayur daun singling, dan areh (semacam saus manis khas gudheg).

Soal rasa, jangan ditanya. Manis gurihnya gudheg, telur bacem, dan areh berpadu nikmat dengan pedas-sedikit-asinnya sayur krecek dan sayur daun singkong. Ketika merasakannya, kami jadi paham mengapa gudheg ini begitu legendaris.

Soal harga, jangan khawatir. Sepiring gudheg telur, dipatok dengan harga Rp.20.000,00. Kemudian, secara otomatis kita akan ditawari secangkir kecil teh tawar yang sedap. 

Bagaimana? Review singkat ini cukup membantu memenuhi rasa penasaranmu? Jangan dong. Cobalah sendiri mencicipinya. Dijamin 'penyesalan' tidak akan terlintas di pikiran. Happy trying out Jogjanese traditional food, good people.

Comments

Popular Posts