Merontokkan Kaca Spion Mobil Orang

Ceritanya, akhir pecan kemarin saya menghabiskan waktu di kontrakan sepupu yang tinggal di Cibitung, Bekasi. Dia itu sepupu saya yang bekerja di Lotte Mart Cibitung sebagai staf pengecek barang yang baru dating. Usianya sama dengan saya, hanya beda tiga hari. Kalau saya lahir pada tanggal 3 Juli 1986, dia lahir pada 6 Juli di tahun yang sama. Dia sudah merantau di sekitar Jabodetabek sebelum saya, kira-kira sudah setahunan lah. Kontrakannya tidak jauh dari tempatnya bekerja. Selain dia, kakaknya yang perempuan juga bekerja dan mengontrak di tempat yang sama, hanya beda kamar kontrakan. Di tempat kerja, ia bekerja sebagai staf bagian informasi. Sebetulnya dia bekerja lebih dulu di tempat itu. Dia yang membawa si adik untuk bekerja di tempat yang sama.

Oh iya, perkenalkan, nama sepupu sebaya saya itu adalah Toyo, lengkapnya Sutoyo. Seperti nama jenderal yang (ceritanya) dibunuh oleh PKI kan?

Pada hari Sabtu, kebetulan Mba Eni libur. Jadi, di hari Sabtu siang dia mengajak saya untuk jalan-jalan ke Mal Metropolitan Bekasi yang jaraknya ternyata cukup jauh dari Cibitung. Jaraknya kira-kira seperti dari UKI Cawang ke Citraland. Itu tantangan pertama yang harus saya hadapi.

Kedua, jalan yang harus kami lalui menurut saya sangat sempit untuk ukuran jalan dua arah. dengan ukuran jalan yang sempit itu, untuk mengendarai baik mobil maupun motor harus berhati-hati karena sangat rawan dengan senggolan, baik yang searah maupun berlawanan arah. Inilah tantangan kedua yang menghadang.

Ketiga, berhubungan dengan kedua tantangan di atas, mba Eni mengajak pergi dengan mengendarai sepeda motor. Yang lebih menantang lagi, mba Eni meminta saya yang mengendarai dan dia membonceng. Tadinya saya pikir saya yang akan membonceng karena belum tahu jalan dan medan yang akan dihadapi. Karena ternyata mba Eni tidak bisa dan takut untuk mengendarai motor, jadi terpaksalah saya harus mengalah mengendarai motor. Karena belum terbiasa berkendara di kota besar, jadi cukup wajar kalau saya merasa was-was. Akan tetapi, mau tidak mau saya harus melakukannya. 

Kami berangkat pada pukul 11 siang. Waktu yang sudah cukup siang untuk bepergian. Tetapi bagi kami tidak terlalu bermasalah. Yang penting kami mempunyai cukup waktu tidur sebelumnya. Berangkat lebih pagi berarti mengurangi waktu tidur kami. Untungnya, siang itu udara mendung, jadi cuaca tidak terlalu panas. Biarpun mendung, suasana di jalan tetap ramai, apalagi jalan yang menuju Mal Metropolitan. Jalan kecil tersebut sangatlah ramai sehingga lalu lintas menjadi padat merayap. 

Selama di jalan, perasaan saya cukup tegang karena begitu banyaknya kendaraan yang melintasi jalan tersebut. Ketegangan saya ini sangat berpengaruh terhadap tangan kanan saya yang memegang gas motor. Tangan saya menjadi sangat pegal. Akan tetapi, perasaan tersebut saya tahan. Saya terus berusaha untuk menyelip berbagai macam kendaraan mulai dari motor sampai truk/bis apabila memungkinkan. Setiap kali menyelip dengan jarak yang sangat sempit, perasaan tegang selalu muncul. Hal ini mempengaruhi keseimbangan saya dalam mengendarai motor. 

Pada suatu titik, keseimbangan saya sangat goyah. Sementra itu, jarak dalam kemacetan yang tersedia sangat sempit. Mobil begitu padat merayap, baik yang searah maupun dua arah. Sudah itu, suasana siang cukup membuat kami tidak sabar untuk dapat sampai ke tempat tujuan. 

Sebelum sampai pada titik tersebut, saya hendak menyalip sebuah mobil kijang kapsul, semacam Avanza atau Xenia. Saya tidak begitu jelas melihatnya. Jarak yang sangat mepet dan kondisi saya yang hampir seperti hilang keseimbangan membuat saya berpikir "mungkin akan nyerempet nih". Saya tidak memohon dan berdoa, saya hanya mengucapkannya di dalam batin. Dalam keadaan tersebut, saya mulai kalut. Dan akhirnya.... prakkkkkkk........!!!!!!! Spion kanan motor saya menyenggol spion mobil di sebelah kiri kami yang begitu mepet. Persenggolan itu tidak memecahkan kaca spion kedua kendaraan, akan tetapi merontokkan frame spion mobil yang kami serempet. Dalam kedaan yang kalut dan takut, saya terus mengegas motor agara segera menjauh dari mobil tersebut. Waktu itu perasaan saya sangat takut. Yang ada di pikiran saya hanya bagaimana caranya agar segera menjauh dari mobil tersebut. Saya pun mengebut dan perasaan pegal di tangan saya segera hilang. Beruntung karena waktu itu sangat macet sehingga kami tidak terkejar sang pemilik mobil. Saya sangat bersyukur karena takut harus membayar ganti rugi, padahal keadaan keuangan saya sedang tidak begitu baik. Akhirnya saya sampai di Mal Metropolitan dengan selamat tetapi dengan perasaan was-was. Perasaan ini pun terus menghantui sampai kami berdua pulang ke kontrakan. Alhamdulillah kami pun sampai selamat biarpun sempat terkena guyuran hujan.

Sedikit renungan untuk kejadian tersebut, saya harus lebih berhati-hati lagi dalam mengendarai motor di kemacetan, apalagi selama bulan Ramadhan. Saya harus menghindari persinggungan dengan orang yang melibatkan emosi. 

Comments

Popular Posts